Senin, 19 September 2016

Al-Qur'an, Kitab yang Penuh Berkah

Membaca Al-Qur'an dengan perenungan, pendalaman dan tadabbur merupakan satu dari sekian banyak sebab kebahagiaan dan kelapangan hati. Allah menyifati kitab-Nya ini sebagai petunjuk, cahaya, dan penawar atas semua yang ada di dalam dada. Di samping itu, Allah juga menyifatinya sebagai rahmat.

Perhatikan firman Allah di bawah ini:
"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."
(QS. Yunus: 57)

"Maka, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an ataukah hati mereka terkunci."
(QS. Muhammad: 24)

"Maka, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an? Kalau kiranya Al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya."
(QS. An-Nisa: 82)

"Ini adalah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan penuh berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran."
(QS. Shad: 29)

Kalangan ahlul ilmi mengatakan, "Membacanya, mengamalkannya, menjadikannya sebagai sumber hukum, dan mengambil istinbath darinya sudah merupakan berkah."

Seorang yang salih berkata, "Aku pernah merasakan kesuntukan (yang hanya diketahui oleh Allah) dan dilanda keresahan yang membatu. Maka, segera aku mengambil mushaf Al-Qur'an, dan membacanya. Tiba-tiba saja kesuntukan itu lenyap, dan Allah menggantikannya dengan kegembiraan dan keriangan."

"Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus."
(QS. Al-Isra: 9)

"Dengan kitab itu Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan."
(QS. Al-Ma'idah: 16)

"Dan, demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami."
(QS. Asy-Syura: 52)

(La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni)

Sabtu, 21 Mei 2016

Orang yang Bersabar Akan Mendapatkan yang Terbaik

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud: Jalan keluar dan kelapangan hati itu ada dalam keyakinan dan keridhaan hati. Sedangkan keresahan dan kesedihan itu ada dalam keraguan dan ketidaksukaan.

Dia juga pernah mengatakan, "Orang yang banyak bersabar akan memperoleh yang terbaik."

Aban bin Taghlab mengatakan, "Saya pernah mendengar seorang Arab Badui berkata: 'Sikap yang paling baik dari seseorang akan muncul ketika ia ditimpa musibah, karena ia akan menjadikan sabar sebagai senjata menghadapi musibah tersebut dan akan memberinya inspirasi untuk selalu berharap agar musibah itu segera berakhir. Dan karena kesabarannya, ia seperti melihat jalan keluar dan pertolongan itu berada di depan matanya. Ini terjadi lantaran tawakal dan prasangka baiknya kepada Allah. Ketika orang telah sampai pada tingkatan ini, Allah pasti akan memberikan semua yang dibutuhkan, menghilangkan semua yang menyulitkan, dan mengabulkan semua permintaannya. Dan, dia selamat bersama agama, kehormatan, dan kepribadiannya."

Al-Ashma'i meriwayatkan dari seorang Arab Badui yang mengatakan, "Takutlah terhadap keburukan yang muncul dari tempat yang baik, dan berharaplah kebaikan dari tempat yang buruk. Sebab, bisa jadi kehidupan itu ada karena adanya permintaan untuk mati, dan bisa jadi kematian itu terjadi karena adanya harapan untuk tetap hidup. Dan, tak jarang rasa nyaman itu datang dari rasa takut."

Jika mata perhatian mengawasimu maka tidurlah,
sebab semua bencana aman semuanya.

Seorang yang bijaksana mengatakan, "Orang yang berakal akan menghibur dirinya dari hal-hal yang tak disukai karena menimpanya. Alasannya:

Pertama, ia bisa gembira karena masih ada sesuatu untuknya. Kedua, karena ia masih dapat mengharapkan jalan keluar dari apa yang menimpanya.

Sebaliknya, orang yang bodoh akan ketakutan menghadapi ujian yang menimpanya, karena:

Pertama, ia harus banyak merengek bantuan kepada orang lain. Kedua, ketakutannya akan sesuatu lebih besar dari yang akan menimpanya.

Sebagaimana disebutkan di atas, ujian itu adalah program latihan dari Allah yang ditetapkan kepada makhluk-Nya, dan latihan Allah akan membukakan hati, pendengaran, dan penglihatan.

Al-Hasan bin Sahl menggambarkan ujian itu sebagai berikut:

Dalam ujian itu ada penghapusan dosa, ada peringatan agar tidak lalai, ada tawaran untuk mendapatkan pahala dengan cara bersabar, ada saat untuk mengingat nikmat, ada harapan untuk mendapatkan ganjaran. Dalam pandangan Allah dan qadha'-Nya semuanya baik.

Orang yang lebih memilih mati hanya karena ia ingin berzikir, bertolak-belakang dengan contoh yang ada dalam ayat berikut.

"Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang: "Sekiranya mereka mengikuti kami tentulah mereka tidak terbunuh." Katakanlah: "Tolaklah kematian itu darimu, jika kamu orang-orang yang benar."" (QS. Ali 'Imran: 168)

(sumber: La Tahzan, Dr. 'Aidh al-Qarni)